2013 in review

December 31, 2013 Leave a comment

The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2013 annual report for this blog.

Here’s an excerpt:

A San Francisco cable car holds 60 people. This blog was viewed about 920 times in 2013. If it were a cable car, it would take about 15 trips to carry that many people.

Click here to see the complete report.

Categories: Uncategorized

Usulan Tugas Akhir

September 15, 2012 Leave a comment

Rekan… berikut usulan tugas akhir, bagi yang berminat mhn hubungi saya.

Usulan Tugas Akhir 2012

Terimakasih

AA

Categories: Campus

Kembali Aktif

February 13, 2012 1 comment

Rekans

Blog ini kembali aktif

Akang Arman

Categories: Campur-campur

Hanamasa Dan Kegagalan

January 14, 2009 4 comments

dsc00159 

 

 

 

 

 

 

 

Tulisan agak tertunda karena beberapa kesibukan. Kelas 3A telah memenuhi janjinya untuk makan di Hanamasa pada tanggal 17 Desember 2008 yang lalu.

Yang menarik bukan sekedar makan di Hanamasanya namun latar belakang di balik acara makan enak itu. Makan di hanamasa adalah komitmen kelas 3A jika mereka gagal memenuhi rencana kerja mereka menyusun proposal TA sesuai dengan dead line yang telah disepakati, dan kegagalan inilah yang akan menjadi pokok bahasa tulisan saya kali ini.

Kegagalan  pencapaian tujuan, apapun tujuannya dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1.       Tujuan yang tidak SMART

2.       Tujuan yang tidak terintenalisasi

3.       Lack of commitment

4.       Loss of focus

5.       Not manage the resources as a team

Saya akan coba bahas satu persatu dan fokus saya pada kegagalan kelas 3A dalam menyelasikan tujuan/rencana kerja mereka menyusun proposal TA.

 dsc00163

 

Suatu tujuan hendaknya memenuhi syarat SMART : spesific, measureable, achieveable, realistic  dan time contrain. Spesific berarti jelas, tidak mendua, setiap orang menginterpertasi sama. Measureable berarti terukur, artinya terdapat suatu hal yang dapat dilihat dan terkuantifikasi. Achieveable dapat berarti menantang sementara realistic berarti masuk akal. Achieveable dan realistic haruslah seimbang, dalam arti tidak terlalu menantang namun juga tidak terlalu mudah untuk dicapai. Time constrain berati berbatas waktu.

Dalam kasus penyusunan proposal TA ini tujuan sudah dibuat untuk memenuhi syarat SMART ini, namun kegagalan tetap muncul.

Tujuaan ini tampaknya tidak terinternalisasi, hampir semua mahasiswa tidak menganggap tujuan ini bagian dari tujuan aktivitasnya, akibat yang muncul adalah Lack of commitement, tidak ada komitmen yang kuat untuk mengerjakan dan menyelesaikan tujuan ini.

 Jika ada sebagian kecil mahasiswa ada yang meninternalisasikan tujuan ini namun mereka tetap gagal menyelesaikannya ini lebih disebabkan karena mereka lost of focus, kehilangan fokus untuk menyelesaikan tujuan ini, mungkin karena merek melihat teman-teman lain yang tidak mencoba menyelesaikan tujuan ini.

Last but not least, bahwa di semua kelas baik kelas 3A maupun 3B menurut info tidak satupun yang dapat menyelesaikan tujuan ini, menurut saya ini disebabkan rekan-rekan tidak memanfaatkan resources sebagai sebuah team work yang dapat saling membantu, mengingatkan, memberi semangat, mengoreksi, memberikan jalan.

dsc00165

 

 

 

 

 

 

 

 

Semoga tulisan ini bermanfaat, dan lebih jauh saya merencanakan sebuah skema yang berbeda, yang lebih individual untuk menguji apakah rekan-rekan bisa belajar dari kegagalan ini. Terima kasih

Akang Arman

Categories: Uncategorized

3B dan Hanamasa

November 23, 2008 2 comments

Rekan…

Jumat kemarin (21 Nov 2008) kelas 3B memenuhi janjinya. Jam 13.30 saya ditemani Dony berangkat ke medan Hanamasa, kami selesai jam 16.30, Dony juga ternyata pejuang yang tangguh. Perkiraan saya lebih dari 20 piring kita habiskan, mulai dari makanan pembuka, main course, sampai penutup. Berikut foto-fotonya :

Start

Laskar Lapar

hasilnya

Saya tunggu kelas 3A, adakah mereka setangguh DONY, lagi pula pejuangnya ditambah dengan Pak Ismail, jadi pengantarnya juga harus 2 orang.

Terima kasih
Akang Arman
Categories: Campur-campur, Campus Tags:

Kekuatan Motivasi

November 19, 2008 5 comments
Dari Buku Kekuatan Motivasi (editor : Drs. R. Suyoto Bakir)

Orang yang paling bijaksana bukanlah orang yang paling sedikit mengalami kegagalan, tetapi mengubah kegagalan tersebut menjadi keberhasilan.  (Richard R. Grant)

Sangat menyenangkan melakukan hal-hal yang tidak mungkin. (Walt Disney)

Keindahan dari sebuah kesuksesan bukanlah bagaimana kita tidak pernah gagal, tetapi pada bagaimana kita bangkit kembali saat mengalami kegagalan.  (Anonim)

Kejeniusan terdiri atas satu persen inspirasi dan sembilan puluh sembilan persen kerja keras. (Thomas Edison)

Satu-satunya jalan untuk mengetahui batas sebuah kemungkinan adalah dengan mencoba menelusurinya sampai ke batas ketidakmungkinan. (Arthur C. Clarke)

Terimalah tantangan sehingga kau dapat merasakan nikmatnya sebuah kemenangan. (Goerge S. Patton)

Biarlah aku menang, tetapi bila aku tak bisa menang, biarkan aku menjadi cukup berani untuk mencoba (Moto Olimpiade)

Banyak orang yang menerima nasihat, hanya mereka yang bijaksana yang dapat memperoleh keuntungan dari nasihat-nasihat tersebut. (Syrus)

Mudah-mudahan bermanfaat
Akang Arman
Categories: Uncategorized

WHAT IS THE DIFFERENCE BETWEEN HIGH SCHOOL AND COLLEGE

November 13, 2008 Leave a comment

 Rekans…

Ini sebuah kutipan dari buku : Motivation and Learning Strategies for College Success: A Self-management Approach By Myron H. Dembo

One of the major differences in the transition from high school to college classrooms is the change from a teacher-directed to a student-directed environment. In high school, many teachers tend to guide students’ learning by telling them what, when, and how to learn. For example, when assignments are given, high school teachers frequently help students manage the tasks necessary to complete the assignment, such as requiring outlines or drafts of papers. In college, students are on their own. They can ask questions and obtain more information about an assignment, but rarely does a college instructor monitor students’ progress. In college, students are expected to manage their own learning.

Another difference between high school and college is that high school teachers often spend considerable time attempting to motivate students to learn, whereas college instructors generally expect students to be self-motivated. Although students are told about the demands of college, many freshmen experience culture shock when they enter learning environments that differ from their past experiences. The following are comments written in a journal by a student in her first term in college:

My professor was completing his last lecture on the first unit of the course and asked if we had any questions. We had to read chapters in three different textbooks, and I had about 40 pages of notes. I simply asked: “Could you tell us what are some of the important ideas you might cover onthe exam?” He looked at me and said: “That’s for you to determine! ” Well, I felt like crawling under my desk. In high school, most of my teachers would summarize the key ideas that would direct our studying behavior. Here, I quickly learned that I have to do this work on my own!

This student had some difficulty in her first college term. She realized that she had to change some of her learning and study strategies. When she learned how to identify the main ideas in lectures and textbooks, she had little trouble predicting most of the test questions in her courses. Her ability to modify and manage her methods of learning were important factors in her improvement toward the end of the term.

Mudah-mudahan bermanfaat
Akang Arman 

 

 

 

Hanamasa

November 7, 2008 2 comments

Hanamasa

www.hanamasaresto.com

HANAMASA Restoran merupakan restoran Jepang pertama di Indonesia bertaraf International dengan konsep Self – Service, serta perpaduan tradisionil khas Jepang dan Indonesia. HANAMASA menyajikan menu utama YAKINIKU (makanan yang dibakar) dan SYABU – SYABU (makanan yang direbus) dengan beragam makanan pilihan mulai dari daging sapi, ayam, seafood dan sayuran segar yang diolah secara higienis. (www.sendokgarpu.com)

MENU

1. YAKINIKU

Yakiniku merupakan makanan Jepang yang dimasak dengan cara dipanggang dengan aneka daging pilihan dan sea food yang segar dan lezat.Tempat memanggang sudah disediakan minyak yang khusus untuk memanggang. Sebelum dipanggang, daging dan sea food pilihan dicelupkan ke dalam saus Niku Tare ( saus berwijen ), kemudian dipanggang hingga matang.Setelah matang sesuai selera, kemudian dicelupkan ke dalam saus Soto Tare (saus tanpa wijen), dan siap disantap dengan nasi putih

2. SYABU-SYABU

Syabu-syabu merupakan makanan Jepang yang cara memasaknya dengan direbus, dengan aneka daging pilihan, sea food dan sayuran segar. Setelah matang campuran Yakumi ( parutan Bawang Putih ), Lobak dan daun Bawang dimasukkan ke dalam saus Ponzu, kemudian Syabu-syabu dicelupkan ke dalam saus Ponzu tersebut atau saus Thai Suki yang enak dan lezat, dan siap disantap dengan nasi putih.

Some comment :

Ketika gw balik lagi ke kandang kampus gw, gw dapet kabar dari teman gw ternyata Hanamasa belum ada sertifikat Halalnya. Mampus gw!!! Setelah di kroscek ke mbah google, ternyata info itu bener juga. Uekssss… Jadi apa yang gw makan tadi belum tentu halal ya?? Tapi ama mau dikata, udah kenyang gw makannya. Hehe..

Jadi, paling kalo loe mau berniat nraktir gw ke Hanamasa lagi, paling gw rekomendasiin makan yang ga ada kandungan dagingnya. Makan aja ikan atau sea food nya, maknyus koq. Salad, buah2an dan minuman tentu masih halal donk. Hehe… Smoga aja Hanamasa bisa secepatnya ada label Halal-nya ya, jd ga bakal was-was lagi kalo makan disana. Lagian gw bisa makan di Hanamasa kalo ada yang nraktir doank, hehe.. Jadi peluang gw bisa makan disana sekitar 1 banding 1000 dah.

http://akaike.wordpress.com/2008/08/30/akhirnya-gw-ke-hanamasa/

Ini beberapa rangkuman tentang hanamasa, tulisan ini dimaksudkan untuk menyambut “D” day dari kelas 3A dan 3B, semoga memperoleh tanggapan.

Terima Kasih
Akang Arman

Pidato Einstein

November 5, 2008 8 comments

Rekans…

Berikut pidato Einstein.

Tolong beri komentar

Hakikat Nilai dari Ilmu:

Pesan (Albert Einstein) Kepada Mahasiswa California Institute of Technology

(Dari buku : Ilmu Dalam Perspektif : Jujun S. Suriasumantri)

Rekan-rekan yang muda belia.

Saya sangat berbahagia melihat anda semua di hadapan saya, sekumpulan orang muda yang sedang mekar adan memilih bidang keilmuan sebagai profesi.

Saya berhasrat untuk menyanyikan hymne yang penuh puji, dengan refrain kemajuan pesat di bidang keilmuan yang telah kita capai, dan kemajuan yang lebih pesat lagi yang akan anda bawakan. Sesungguhnya kita berada dalam kurun dan tanah air keilmuan. Tetapi hal ini jauh dari apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan. Lebih lanjut, saya teringat dalam hubungan ini kepada seorang muda yang baru saja menikah dengan istri yang tidak terlalu menarik dan orang muda itu ditanya apakah dia merasa bahagia atau tidak. Dia lalu menjawab : “Jika saya ingin mengatakan yang sebenarnya, maka saya harus berdusta”

Begitu juga dengan saya. Marilah kita perhatikan seorang Indian yang mungkin tidak beradab, untuk menyimak apakah pengalaman dia memang kurang kaya ataukah kurang bahagia dibandingkan dengan rata-rata manusia beradab. Terdapat arti yang sangat maknawi dalam kenyataan bahwa anak-anak dari seluruh penjuru dunia yang beradab senang sekali bermain meniru-niru Indian.

Mengapa Ilmu yang sangat indah ini, menghemat kerja dan membikin hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagian yang sedikit kepada kita? Jawaban yang sederhana adalah – karena kita belum lagi belajar bagaimana menggunakannya secara wajar.

Dalam peperangan, ilmu menyebabkan kita saling meracun dan saling menjagal. Dalam perdamaian dia membikin hidup kita dikejar waktu dan penuh tak tentu. Ilmu yang seharusnya membebaskan kita dari pekerjaan yang melelahkan spiritual malah menjadikan manusia budak-budak mesin, dimana setelah hari-hari panjang dan monoton kebanyakan dari mereka pulang dengan  dengan rasa mual, dan harus terus bergetar untuk memperoleh ransum penghasilan yang tidak seberapa. Kamu akan mengingat tentang seorang tua yang menyanyikan sebuah lagu yang jelek. Sayalah yang menyanyikan lagu itu, walau begitu, dengan sebuah itikad untuk memperlihatkan sebuah akibat.

Adalah tidak cukup bahwa kamu memahami ilmu agar pekerjaanmu akan meningkatkan berkah manusia. Perhatian kepada manusia itu sendiri dan nasibnya harus selalu merupakan minat utama dari semua ikhtiar teknis, perhatian kepada masalah besar yang tak kunjung terpecahkan dari pengaturan kerja dan pemerataan benda – agar buah ciptaan dari pemikiran kita akan merupakan berkah dan bukan kutukan terhadap kemanusiaan. Janganlah kau lupakan hal ini di tengah tumpukan diagram dan persamaan.

(1938)

Categories: Campur-campur, Campus Tags: ,

Learning to learn

November 2, 2008 3 comments

Rekans….

Tulisan ini pernah dimuat di majalah HMRA beberapa waktu yang lalu, mudah-mudahan bermanfaat.

Akang Arman

Learning to learn by Muhammad Arman

Kita sering mendengar ungkapan-ungkapan dari hadits  seperti : “belajarlah dari pelukan ibu sampai  ke liang lahat” atau “ Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri Cina”, semua ungkapan itu menunjukkan betapa pentingnya belajar, betapa pentingnya menuntut ilmu. Ungkapan itu juga menunnjukkan bahwa belajar adalah kegiatan sepanjang hayat, selama kita hidup. Jika belajar itu penting, tentunya kita perlu tahu apa sebenarnya inti dari belajar?

Belajar menurut Gagne adalah perubahan tingkat laku yang sifatnya relative menetap karena proses pengalaman. Perubahan tingkat laku yang dimaksud adalah perubahan yang terbuka, teramati. Jadi kalau orang belajar matematik ia harus bisa menunjukkan hasil belajarnya misalnya jika ditanya 1 + 1, jika ia menjawab 2 berarti benar ia sudah belajar. Seseorang tidak cukup disebut belajar jika ia hanya mengatakan bahwa ‘saya sudah belajar’ tanpa menunjukkan suatu hasil dari  belajarnya. Proses pengalaman yang dimaksud adalah proses seperti membaca, mendengar, diskusi, mencatat dan sebagainya. Jika seseorang terbentur kepalanya kemudian mampu mengerjakan persoalan matematika tingkat tinggi, tidak dapat dikelompokkan sebagai belajar.

Seingat saya ketika SD banyak hapalan nama menteri kabinet yang saya ingat, tapi sekarang, mungkin hanya 3 menteri kabinet yang saya ingat. Dengan fenomena ini bagaimana belajar dapat menjelaskan. Ketika dulu saya menghapal terjadi perubahan perilaku yaitu dapat mengingat nama menteri dan untuk waktu yang tertentu menetap dalam ingatan saya, artinya ada sesuatu yang bersifat tetap sekalipun tidak untuk kurun waktu yang lama. Ini tetap merupakan proses belajar.

Dengan perkembangan teknologi saat ini dan perubahan yang begitu cepat terjadi, apa yang sebelumnya kita pelajari akan cepat menjadi usang. Apa-apa yang sebelumnya kita pelajari kemudiaan menjadi “basi’ bahkan tidak berguna, karenanya kita selalu dituntut untuk mengkinikan (update) pengetahuan kita, artinya juga bahwa kita harus senantiasa belajar. Hal lain yang menarik adalah bahwa cara kita belajar juga menjadi usang. Alternatif yang mungkin adalah juga dengan senantiasa memperbaharui cara belajar kita, bukan sekeder isi dari belajar kita (content) tapi juga metodanya, karena itu diperlukan suatu proses belajar untuk belajar (learning to learn).

Lalu bagaimana sebenarnya learning to learn itu. Satu hal yang penting adalah bahwa tidak ada satupun cara belajar yang cocok untuk semua orang, setiap orang hendaknya mengembangkan cara belajarnya sendiri yang paling efektif. Cara belajar orang yang satu belum tentu tepat untuk orang yang lain.

Learning to learn (LTL), merupakan sikap untuk selalu memperbaharui dan memperbaiki diri, karenanya membutuhkan orang yang senantiasa terbuka terhadap masukan dan pendapat orang lain. Sejumlah lembaga terus mengembangkan LTL ini.

Beberapa filosofi dasar dari LTL adalah, konteks, goal, metoda, feedback dan action

Konteks dalam pengertian ini adalah apa yang akan dipelajari harusnya mempunyai konteks yang jelas, kita dapat memilih konteks yang berbeda untuk suatu isi yang sama, misalnya dalam kuliah termodinamika, orang dapat memilih konteks mata kuliah itu untuk ilmu dasar thermodinamikanya saja atau untuk mengembangkan mesin-mesin yang berhubungan dengan prinsip thermodinamika. Dengan konteks yang jelas kita dapat memilih bagian yang penting dari isi yang disampaikan, ingat tidak semua isi berarti untuk kita, sekalipun semuanya penting tapi hanya ada beberapa bagian yang berarti untuk kita, di sini berperan prinsip keberartian

Berkaitan juga dengan konteks adalah goal atau tujuan. Tujuan yang dimaksud di sini adalah sampai seberapa dalam isi yang kita pelajari akan kita serap dalam kurun waktu tertentu, ingat bahwa ilmu berkembang terus dan butuh waktu untuk memperoleh kedalam tertentu dalam suatu bidang. Jika kita berkeras diri untuk mendalami suatu isi/ilmu namun kita tidak cukup punya waktu untuk mendalaminya, kemungkinan kita justru akan kecewa dan kemudian akan menyurutkan motivasi kita untuk belajar.

Filosofi dasar berikutnya adalah metoda, dan bagian ini yang paling banyak disoroti orang. Terdapat tak terbatas metoda yang dapat digunakan, moteda-metoda yang konvensional seperti belajar di kelas atau di perpustakaan, hanyalah salah satu cara saja, cara-cara lain dapat digunakan, diskusi, mengobrol, mengamati, bertanya,  dan melakukannya (praktek), dan dapat dilakukan dengan prinsip coca cola : kapan saja, dimana saja, dengan siapa saja. Ini juga memmberikan konsekwensi bahwa hubungan pengajar dengan peserta ajar bukan harus dalam bentuk hubungan formal guru dengan murid, dosen dengan  mahasiswa, yang justru mempersempit proses belajar itu sendiri.

Namun secara umum, mulailah sesuatu proses belajar, dari sejumlah metoda belajar, dengan melihat secara garis besar apa yang akan dipelajari, kemudian dapatkan terlebih dahulu gambaran yang menyeluruh tentang isinya, kemudian carilah prinsip utamanya. Kurangi tulisan, tetapi lengkapi dengan gambar, suara, skema, grafik, sketsa dan mind map (bagian ini akan dibahas khusus). Hal lain yang sering dilupakan atau „ditakutkan“ rekan-rekan mahasiswa adalah BERTANYA dan mempertanyakan prinsip our best friend dipakai di sini. Our best friend kita adalah : What, Why, Who, Where, When dan How.

Masih tentang metoda, mengapa seorang guru atau dosen senantiasa kelihatan lebih pintar adalah karena mereka mengajarkan kembali apa yang dipelajarinya, karena itu mulailah juga untuk mengajarkan apa yang anda tahu kepada orang lain. Yakinlah bahwa ilmu atau pengetahuan anda tidak berkurang sedikit pun bahkan akan bertambah.

Feedback, umpan balik, yang dimaksud di sini segeralah memperoleh umpan balik dari apa yang kita pelajari, seburuk apapun umpan balik itu, misalnya dengan mengecek kebenaran pemahaman kita kepada dosen, atau mencobanya langsung, sehingga kita bisa tahu apakah yang kita pelajari sudah benar atau belum, jika belum bisa segera diperbaiki. Kata-kata tidak enak yang sering muncul dari pengajar sebenarnya merupakan feedback untuk mahasiswa, jika ini terjadi, tidak usah takut apalagi berkecil hati, segeralah bertanya, bagian mana yang perlu diperbaiki.

Action. LTL sebenarnya tidak sebatas wacana, meminjam istilah Aa Gym, mulailah dari diri sendiri, sekarang, dan dari hal yang kecil.

Semoga bermanfaat.

Bandung, 27 Desember 2004

Categories: Campur-campur Tags: , ,